Inovasi beton geopolimer berbasis limbah industri ini dalam pembuatan beton pra cetak jenis spun pile. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil nikel terbanyak di dunia. Di tahun 2018 ini, 25% produksi bijih nikel berada di Indonesia. Dengan adanya UU no 3 tahun 2014 mengenai pelarangan ekspor bijih mentah, hampir seluruh bijih nikel, bersama dengan bijih logam non ferrous lainnya yaitu bauksit dan tembaga diproses di Indonesia. Di akhir tahun 2014 sudah ada 24 smelter yang beroperasi di Indonesia, sebagian besar terletak di propinsi Sulawesi tengah dan Sulawesi Tenggara. Pemrosesan smelting bijih logam untuk memperoleh logamnya menghasilkan limbah yang disebut terak atau slag. Khusus untuk nikel, 80% dari bijih yang diolah akan menjadi terak. Dengan kapasitas 15,6 juta ton per tahun di periode 2015-2019 untuk bijih nikel saja, dapat dibayangkan betapa besar jumlah terak yang dihasilkan. Geopolimer terdiri dari atom silikon dan alumunium yang terikat oksigen ke dalam jaringan polimer. Geopolimer disiapkan melalui reaksi disolusi dan polikondensasi antara pengikat aluminosilikat dan larutan alkali silikat seperti campuran logam silikat alkali dan logam hidroksida. Inovasi ini membuat beton geopolimer dengan perbandingan Na2SiO3 : NaOH dari interval 1.5 hingga 2.5 dengan menggunakan admixture jenis supperplastizicer dengan presentase 1% hingga 2%. Pada invensi ini beton di lakukan curing dengan menggunakan steam dengan suhu 60°C dari 4 jam tanpa rest period dan 24 jam dengan rest periode. Perbandingan larutan alkali terhadap binders adalah 0.35 dan 0.44 sedangkan kadar molaritas yang digunakan adalah 4M, 6M, 8M dan 12 M.